Senin, 27 April 2015

Kamaliah Maharani ( Putroe Phang )


PUTROE PHANG


         Putroe phang adalah permaisuri Sultan Iskandar Muda. Putroe phang yang pada dasarnya diambil dari sebutan orang aceh sendiri yang berarti Putri Pahang. Nama aslinya adalah Putri Kamaliah Maharani ia dulunya tinggal di kerajaan Pahang dan sebagai permaisuri Raja Abdullah. Pada tahun 1540-1586 M malaka merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Aceh. Namun karena hasutan, akhirnya Malaka dikuasai oleh penjajah Portugis dalam singkat ceritanya. Pada tahun 1616 M Sultan Iskandar Muda bersama pembesar kerjaan aceh menyusun suatu rencana untuk merebut kembali daerah tersebut maka terjadilah penyerangan antara kerajaan aceh dan kerajaan yang ada di malaka. 

     Pada tahun 1619 penaklukan itu berhasil dijalankan sehingga Kedah, Perak, dan Pahang dapat ditaklukkan dari Bangsa Portugis. Dengan demikaian, wilayah kekuasaan Aceh Pada masa Iskandar Muda meliputi hampir seluruh daratan Sumatera Dan Malaka dikuasai. Meskipun sebagian kecil kota malaka masih diduduki Bangsa Portugis, seperti Kota A Famosa ( Terkenal ) yang didirikan oleh Admiral Alfonso d’Albuquerque yang telah lama berdiri sejak 1511 M dan ikut campur tangannya Kerajaan Johor dalam membantu portugis yang juga mengingkari kesetiaannya dengan Aceh dimasa Sultan Alauddin Mansursyah.

         Maka pada penaklukkan Sultan Iskandar Muda terhadap Kerajaan Pahang pada masa Raja Abdullah. Sultan Iskandar Muda meminang Putroe Phang melalui proses “pertukaran permaisuri” Iskandar Muda menikahi Putroe Phang, dan Sultan Pahang Raja Abdullah menikahi permaisuri pertama Iskandar Muda, Puteri Sendi Ratna Indra. Hal itu dilakukan untuk menguatkan pengaruh penyebaran Islam sekaligus menyingkirkan imperialisme Barat di kawasan selat Malaka.

     Perkawinan Sultan Iskandar Muda dengan Puteri Kamaliah Maharani dianugerahi dua anak yakni Meurah Pupok dan Puteri Sari Alam. Kelak, Sari Alam naik tahta menggantikan suaminya Sultan Iskandar Tsani dengan gelar Sultanah Tajul Alam Safiatuddin. Peranan Putroe Phang dalam Kerajaan Aceh sangat besar dalam bidang Majelis Adab, Sopan Santun dan tata tertib dalam pergaulan hidup bermasyarakat, termasuk mengenai berbagai upacara adat serta Qanun dalam Kerajaan Aceh. Maka dapat kita temukan dalam Hadeh Maja yang berbunnyi :


“Adat Bak Poteu Meureuhom, 


Hukom Bak Syiah Kuala.


Meu Jeuleueih Kanun Bak Putroe Phang,


Reusam Bak Bentara (Laksamana)”.


        Kalimat Meu Jeuleueih kanun bak putroe Phang, muncul karena sang permaisuri cerdas dan bijaksana dalam memutuskan perkara dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. kebijaksanaan Putroe Phang bermula pada kasus yang dihadapi pembagian harta warisan antara anak laki-laki dan perempuan. Mereka diwarisi rumah dan sepetak sawah oleh orang tuanya. Si anak perempuan tidak terima ketika dia mendapat jatah sawah dan anak laki-laki memperoleh warisan rumah. Anak perempuan itu lantas kembali memperkarakan kasus itu. 

        Ternyata, kasus itu sampai kepada Putroe Phang. Dan akhirnya Putroe Phang sendiri yang memutuskan perkara warisan tersebut. Warisan itu dibalik, perempuan mendapat warisan rumah dan laki-laki diberi sawah. Alasannya, laki-laki yang tidak punya rumah bisa tidur di meunasah, karena ini adalah hal yang tidak mungkin dilakukan oleh perempuan. Lagi pula, laki-laki punya tenaga untuk menggarap sawahnya berbeda dengan permpuan. 

       Putusan itu diterima semua pihak, termasuk Sultan Iskandar Muda. Bahkan, hingga saat ini, di beberapa daerah di Aceh, tradisi memberi warisan rumah untuk perempuan masih dipelihara. Sampai-sampai orang Aceh menyebut “Po rumoh” (kepemilikan rumah) untuk istrinya.Maka, sejak itulah, Putroe Pang menjadi rujukan dalam penyelesaian masalah hukum dalam kehidupan sehari-hari. Ia pun sering terlibat dalam penyusunan qanun atau peraturan kerajaan.

Minggu, 19 April 2015

Abu Bakar As-siddiq, (English for History and Culture).

Biography of Abu Bakr

          Abu Bakr As-Siddiq was one of the closest companions with Rasullullah, he was the first caliphate when the Prophet Muhammad has died, He also included in Assabiqunal Awwalun is the first convert to Islam.
            Abu Bakr As Siddiq was born in the same year with the Prophet, which is between 571/572 M in Mecca. his full name is Abdullah ibn Abi Quhafah, His real name is Abdul Kaaba (meaning “servant of the Kaaba”), then converted by the Prophet became Abdullah (meaning “servant of Allah”).

            Other sources say his name was Abdullah ibn Abu Quhafah (Abu Quhafah is the nickname of his father). As-Sidiq means is (believed) that is the title given the Prophet Muhammad, so he is better known as Abu Bakr as-Siddiq. Historically, this Sidiq As the title given by the Prophet as Abu Bakr was the first friend who trust and believe in Isra’ and Mi’raj Prophet Muhammad.

            Abu Bakr was a fairly successful merchant and wealthy. He is also a very popular justices in his time as well as education and high status in society. Abu Bakr other expertise is able to interpret dreams. Proverbial is Abu Bakr was a nobleman and conglomerate.

            When Islam first time presented, many Muslims are coming from; the oppressed, the slaves, the marginalized, as well as young people who want justice which Islam will give an answer about it. But Abu Bakr with the position and influence as the community decided to join the ranks of Islam. Abu Bakr was a magnet for Islam. Many were eventually converted to Islam with Abu Bakr.

            Although he comes from a strong group, but Abu Bakr also experiencing an unpleasant thing, like bullying him, was forced to go back to the time of ignorance, a trade boycott, slander and so on. However, Abu Bakr remained strong in the faith of Islam even he also sacrificed his entire estate to struggle of Islam. Abu Bakr also has freed many slaves in Islam were was tortured by her employer.

            Abu Bakr was one of the friends of the Prophet when emigrated to Medina in 622 M. He was with the Prophet passed through barren desert Arabs to emigrate to Medina. He also protects the Prophet when emigrated and being chased by the Quraish.

            When the prophet would die, Abu Bakr was appointed as prayer leader. This is a guide for Muslims when after the death of the Prophet, Abu Bakr became the caliph replace the Prophet to rule the Muslims and not as substitute for the Prophet. Had been a dispute on the Shiites who did not want to admitted Abu Bakr as the first Caliph. In their opinion the Prophet never appointed Ali as his replacement, but Ali was willing to admitted Abu Bakr as the caliph so the disagreement can be resolved peacefully. After the was appointed the caliph, Abu Bakr immediately perform his duties as a the caliph. The first is fight against Musaylama Al Kazab (the false prophet) who claimed to be a prophet after Muhammad Apostolate.

            The next Duties is to force and fight against the tribes who are not willing to pay zakat. According the tribes, zakat is the tribute of the Prophet Muhammad and when the Prophet died, so there is no again obligation to pay. actually, zakat is a treasure that must be paid every Muslim, who has reached his wealth. it is intended for Ridha of Allah is not the tribute. After completion of a variety of insurgency and internal problems, then Abu Bakr Islamic proselytizing to different corners the world, such as the Byzantine and Sasanid and Iraq and Syria.


            Abu Bakr As-Siddiq became the caliph within a period of 2 years. Abu Bakr died on August 634 M in Medina. He was buried beside the grave of the prophet. Furthermore, the position of the caliph replaced by Umar.

Sejarah Indonesia

Sejarah Indonesia
EDU Animate.
Penulis : Syarifuddin  ( cayiph_e@yahoo.com)
Ilustrasi dan Narasi : Pandu wijaya
( djajap@yahoo.co.id )



Copyright (c) 2011 EDU Animate. Some Right Reserved.

Thanks For Watching.

x

Selasa, 07 April 2015

Muhammadiyah

Latar Belakang Muhammadiyah

Muhammadiyah merupakan organisasi islam terbesar di Indonesia. Bahkan Pendidikan telah menjadi “trade-merk” gerakan Muhammadiyah besarnya jumlah lembaga pendidikan merupakan bukti konkrit peran penting Muhammadiyah dalam proses pemberdayaan umat islam dan pencerdasan bangsa. Dalam konteks ini Muhammadiyah tidak hanya berhasil mengentarskan bangsa Indoensia dan umat islam dari kebodohan dan penindasan, tetapi juga menawarkan suatu model pembaharuan sistem pendidikan “modern” yang telah terjaga identitas dan kelangsungannya.

Diskusi tentang pendidikan Muhammadiyah sebagai salah atu pembaharuan pendidikan islam di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pemikiran para pendirinya. Salah satu tokoh pendidikan Muhammadiyah yang paling menonjol adalah KH. Ahmad Dahlan. Oleh karenanya penulis akan membahas “Konsep Pendidikan dalam Perspektif Ahmad Dahlan”.


Pada masa kolonial, Belanda membatasi kaum pribumi untuk bersekolah .Sekolah-sekolah yang dibuat hanya untuk bangsa Belanda dan kaum ningrat. Serta memantau secara ketat materi apa saja yang dipelajari di pesantren-pesantren pada waktu itu. Di sisi lain, merebaknya praktek bid’ah, khurafat, syirik, dan hal-hal yang dapat merusak aqidah, maka lahirlah Muhammadiyah sebagai organisasi pembaruan bercorak modern yang dimaksudkan untuk memurnikan kembali ajaran Al-Qur’an dan Sunnah.


Berdirinya Muhammadiyah

Muhammadiyah Pendirinya adalah Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis lahir di Kauman Yogyakarta tahun 1868. Kyai Haji Ahmad Dahlan mendapat pendidikan awal dari ayahnya sendiri, selain itu ia juga menjalani pergaulan dan pendidikan pesantren yang mencerminkan identitas seorang santri. Ketika Kyai Haji Ahmad Dahlan berangkat ke Mekkah pada tahun 1903, khusus untuk mendalami ilmu-ilmu agama . Ia tercatat sebagai murid dari Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau, Kyai Haji Ahmad Dahlan cukup mengagumi tokoh pembaharu Islam di Timur Tengah yaitu Syeikh Muhammad Rasyid Ridha dan dalam satu kesempatan pernah bertemu serta berdiskusi dengannya. Maka selain kitab klasik, Kyai Haji Ahmad Dahlan gemar pula membaca kitab-kitab modern seperti : al-islam wan nashraniyah karangan Muhammad Abduh, Tafsir al-Manar Rasyid Ridha, Attawasul wal Washilah; Ibnu Taimiyah, dan lain-lain yang memberikan inspirasi dalam perjuangan dan pemikirannya. berbekal ilmu agama yang dikuasai dan ide-ide pembaruan Islam dari Timur Tengah Kyai Haji Ahmad Dahlan mencoba menerapkannya di bumi Nusantara.

Guru-guru Kyai Haji Ahmad Dahlan Adapun nama-nama guru dan tokoh yang mempengaruhi paradigma berpikir Kyai Haji Ahmad Dahlan dalam menjalankan organisasi Muhammadiyah sebagai organisasi pembaruan Islam, serta guru-guru Kyai Haji Ahmad Dahlan yang lainnya, yang tidak disebutkan dalam paparan di atas. (1).Ayahandanya sendiri (KH Abu Bakar) (2).Kyai Mohamad Nur (kakak iparnya sendiri) (3).KH Sa’id (4).Kyai Mukhsin (5).Kyai Abdul Hamid R. (6).Ng. Sosrosugondo (7).R.Wedana Dwijosewoyo (8).Kyai Mahfudh (9).Syeikh Khaiyat (10).Syeikh KH. Ahmad Khatib Minangkabau (ketika di Mekkah) (11).Ibnu Taimiyah (12).Muhammad Abduh (13).Rasyid Ridha (14).Jamaluddin al-Afghani.

Kyai Haji Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 bertepatan dengan 8 Dzulhijjah 1330 H di kota santri Kauman Yogyakarta. Muhammadiyah ditenggarai sebagai organisasi Islam modernis di Indonesia yang melakukan  perintisan atau kepeloporan pemurnian  sekaligus  pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia. Kyai Haji Ahmad Dahlan lebih dipandang oleh banyak pengamat sebagai seorang tokoh Kyai yang besar  bukan  karena pondok pesantren, akan tetapi karena organisasi Muhammadiyah. Namun organisasi yang dipimpinnya lebih banyak mengembangkan sektor pendidikan modern di seluruh Indonesia. Muhammadiyah  merupakan sebuah gerakan Islam yang sifatnya tidak konfrontatif terhadap pemerintahan kolonial. Bahkan dapat dikatakan cenderung koperative dengan  pemerintah  kolonial.


Kutipan Dari Buku

Noer ,Delias, Gerakan Modern Islam di Indonesia, Jakarta: LP3ES, 1985.

Kartodirdjo, sartono, Sejarah Nasional Indonesia V, Jakarta : balai pustaka,1990.