Selasa, 07 April 2015

Muhammadiyah

Latar Belakang Muhammadiyah

Muhammadiyah merupakan organisasi islam terbesar di Indonesia. Bahkan Pendidikan telah menjadi “trade-merk” gerakan Muhammadiyah besarnya jumlah lembaga pendidikan merupakan bukti konkrit peran penting Muhammadiyah dalam proses pemberdayaan umat islam dan pencerdasan bangsa. Dalam konteks ini Muhammadiyah tidak hanya berhasil mengentarskan bangsa Indoensia dan umat islam dari kebodohan dan penindasan, tetapi juga menawarkan suatu model pembaharuan sistem pendidikan “modern” yang telah terjaga identitas dan kelangsungannya.

Diskusi tentang pendidikan Muhammadiyah sebagai salah atu pembaharuan pendidikan islam di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pemikiran para pendirinya. Salah satu tokoh pendidikan Muhammadiyah yang paling menonjol adalah KH. Ahmad Dahlan. Oleh karenanya penulis akan membahas “Konsep Pendidikan dalam Perspektif Ahmad Dahlan”.


Pada masa kolonial, Belanda membatasi kaum pribumi untuk bersekolah .Sekolah-sekolah yang dibuat hanya untuk bangsa Belanda dan kaum ningrat. Serta memantau secara ketat materi apa saja yang dipelajari di pesantren-pesantren pada waktu itu. Di sisi lain, merebaknya praktek bid’ah, khurafat, syirik, dan hal-hal yang dapat merusak aqidah, maka lahirlah Muhammadiyah sebagai organisasi pembaruan bercorak modern yang dimaksudkan untuk memurnikan kembali ajaran Al-Qur’an dan Sunnah.


Berdirinya Muhammadiyah

Muhammadiyah Pendirinya adalah Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis lahir di Kauman Yogyakarta tahun 1868. Kyai Haji Ahmad Dahlan mendapat pendidikan awal dari ayahnya sendiri, selain itu ia juga menjalani pergaulan dan pendidikan pesantren yang mencerminkan identitas seorang santri. Ketika Kyai Haji Ahmad Dahlan berangkat ke Mekkah pada tahun 1903, khusus untuk mendalami ilmu-ilmu agama . Ia tercatat sebagai murid dari Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau, Kyai Haji Ahmad Dahlan cukup mengagumi tokoh pembaharu Islam di Timur Tengah yaitu Syeikh Muhammad Rasyid Ridha dan dalam satu kesempatan pernah bertemu serta berdiskusi dengannya. Maka selain kitab klasik, Kyai Haji Ahmad Dahlan gemar pula membaca kitab-kitab modern seperti : al-islam wan nashraniyah karangan Muhammad Abduh, Tafsir al-Manar Rasyid Ridha, Attawasul wal Washilah; Ibnu Taimiyah, dan lain-lain yang memberikan inspirasi dalam perjuangan dan pemikirannya. berbekal ilmu agama yang dikuasai dan ide-ide pembaruan Islam dari Timur Tengah Kyai Haji Ahmad Dahlan mencoba menerapkannya di bumi Nusantara.

Guru-guru Kyai Haji Ahmad Dahlan Adapun nama-nama guru dan tokoh yang mempengaruhi paradigma berpikir Kyai Haji Ahmad Dahlan dalam menjalankan organisasi Muhammadiyah sebagai organisasi pembaruan Islam, serta guru-guru Kyai Haji Ahmad Dahlan yang lainnya, yang tidak disebutkan dalam paparan di atas. (1).Ayahandanya sendiri (KH Abu Bakar) (2).Kyai Mohamad Nur (kakak iparnya sendiri) (3).KH Sa’id (4).Kyai Mukhsin (5).Kyai Abdul Hamid R. (6).Ng. Sosrosugondo (7).R.Wedana Dwijosewoyo (8).Kyai Mahfudh (9).Syeikh Khaiyat (10).Syeikh KH. Ahmad Khatib Minangkabau (ketika di Mekkah) (11).Ibnu Taimiyah (12).Muhammad Abduh (13).Rasyid Ridha (14).Jamaluddin al-Afghani.

Kyai Haji Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 bertepatan dengan 8 Dzulhijjah 1330 H di kota santri Kauman Yogyakarta. Muhammadiyah ditenggarai sebagai organisasi Islam modernis di Indonesia yang melakukan  perintisan atau kepeloporan pemurnian  sekaligus  pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia. Kyai Haji Ahmad Dahlan lebih dipandang oleh banyak pengamat sebagai seorang tokoh Kyai yang besar  bukan  karena pondok pesantren, akan tetapi karena organisasi Muhammadiyah. Namun organisasi yang dipimpinnya lebih banyak mengembangkan sektor pendidikan modern di seluruh Indonesia. Muhammadiyah  merupakan sebuah gerakan Islam yang sifatnya tidak konfrontatif terhadap pemerintahan kolonial. Bahkan dapat dikatakan cenderung koperative dengan  pemerintah  kolonial.


Kutipan Dari Buku

Noer ,Delias, Gerakan Modern Islam di Indonesia, Jakarta: LP3ES, 1985.

Kartodirdjo, sartono, Sejarah Nasional Indonesia V, Jakarta : balai pustaka,1990.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar